Menjadi ODHA bukanlah halangan bagi saya terus beraktifitas. Perkenalkan saya Imam 22 tahun. Saya mengetahui HIV positif sejak 13 Maret 2009. Ketika saya berada dipuncak karir pada pekerjaanku. Saya beranggapan ini adalah akhir perjalanan hidupku.
Saya dilahirkan dari keluarga yang religius. Ibu saya adalah keturunan dari seorang Kyai. Sejak kecil saya didik berdasarkan agama Islam. Masa sekolah saya adalah orang yang cukup pintar dari SD hingga SMA selalu menduduki rangking 10 besar karena ini merupakan didikan Bapak saya. Beliau sangat displin dalam mendidikan semua anakny. Saya adalah anak ke 4 dari 6 bersaudara. Keluarga kami adalah keluarga yang kurang mampu. Tetapi itu bukan menjadi penghalang untuk terus bersekolah.
Setelah lulus SMA saya berencana untuk bekerja terlebih dahulu. Saya memutuskan untuk bekerja di kota besar. Dari sinilah saaya mulai mengerti akan pergaulan yang benar – benar bebas buat saya. 2 tahun saya merantau tanpa menghasilkan apa – apa karena uang gaji selalu untuk berfoya foya. Suatu ketika saya diPHK dan terpaksa saya pulang kekampung halaman.
Mungkin rejekei tak akan lari kemana. Alhamdulilah saya diterima bekerja menjadi penyiar di sebuah radio yang cukupu terkenal di Kota saya.
Ketika berada dipuncak karir saya harus mengalami sakit yang benar – benar parah. Demam tinggi, kurang nafsu makan dan berat badan terus menurun. Akhirnya saya harus dirawat disebuah rumah sakit kecil.
Dari situlah ada seorang psikolog yang mendatangi saya untuk melakukan tes HIV. Saya pikir tidak beresiko tertular HIV, sayapun menolak tetapi dia selalu menyuruh saya untuk melakukan tes HIV. Dengan berat hati akhirnya saya melakukan tes HIV
Keesokan harinya psikolog itu datang membawa surat hasil tes HIV dengan keadaan masih tertutup rapat. Saya biingung dengan tulisan REAKTIF. Dan psikolog itu menjelaskan bahwa saya positif HIV. Saya bingung harus ngomong apa sedangkan kondisi saaya sangat parah. Dengan berat badan hanya 40kg dan lemas tak berdaya. Sepertinya malaikat sudah siap untuk menjemput saya.
Keadaan diperparah ketika pihak rumah sakit benar benar memproteksi keadaanya saya. Semua orang yang menjenguk saya dilarang untuk melihat kondisi saya termasuk Ibu saya pun agak sedikit menjauhi saya.
Ditengah kebingungan ini datanglah malaikan penolong saya yaitu seorang pegawai dari DinKes. Beliau sangat sabar menjelaskan kepada saya apa itu HIV AIDS.
Dari situlah aku mulai semangat.Bahwa aku bisa sembuh dan akhirnya aku dirujuk ke sebuah rumah sakit yang representatif di luar kota. Karena saya juga mengalami IO antara lain TBC, Hepaititis B dan Pneumonia dengan CD4 tinggal 93.
Setelah selesai dianggap membaik kondisi saya. Akhirnya aku diijinkan untuk pulang. Nah saat inilah saya mulai bingung dengan kondisi saya. Apakah saya harus memberitahu keluarga saya. Tapi saya sangat begitu takut. Karena Bapak adalah orang yang keras sedangkan Ibu adalah orang yang taat beribadah. Saya benar benar stres.
Ibuku dengan sabar merawat saya. Setiap hari selalu ada untuk aku. Dan Ibu selalu menemani aku untuk berobat rawat jalan kemanapun.
Alhamdulilah berkat bimbingan dari DinKes sayapun terbuka kepada Ibuku. Pihak DinKes memberitahukan bahwa anaknya adalah HIV positif. Ketika itu saya sedang antri obat disebuah klinik paru paru. Beribu perasaan bercampur menjadi satu ketika Ibu menghampiri saya. Takut, cemas dan stres terus menghantuui saya. Tiba tiba Ibu bilang.. APAPUN PENYAKIT KAMU..ENTAH KANKER, JANTUNG MAUPUN HIV..KAMU ADALAH ANAKU YANG PALING SPECIAL...mendengar kata tersebut aku langsung merinding dan mengeluarkan air mata. Dan kata – kata tersebutlah yang menjadi obat yang aku butuhkan saaat in.
Selang berapa waktu akhirnya kondisi saya sudah membaik dengan berat badan hampir 65 kg dan sayapun sudah mulai bisa beraktivitas.
Penderitaanku belum berkahir disitu saya diberhentikan dari pekerjaan saya tanpa alasan yang jelas. Hal inilah yang membuat stres mendera aku. Mungkin Bos saya mengetahui bahwa sata adalah orang dengan HIV positif. Waktu dulu bos menjenguk saya dan tidak sengaja bosa melihat ada tulisan HIV di obat obat saya.
Akupun mulai gelisah dengan masa depan saya. Menganggur hampir 3 bulan. Tapi aku bersyukur punya Ibu yang terus berjuang untuk meyakinkan saya.
Sampaikan sekarang Ibu tidak pernah menanyakan bagaimana saya bisa terinfeksi HIV. Tapi yang ditanyakan oleh ibu adalah setelah sembuh total kamu mau ngapain?? cari kerja atau melanjutkan kuliah seperti yang dicita citakan aku.
Akhirnya aku putuskan untuk mencari pekerjaan di kota besar. Hal ini aku lakukan karena agar Bapak tidak curiga terhadap penyakit saya. Bekerja sebagai buruh di sebuah restoran sudah cukup bagiku untuk menghidupiku sendirian di kota besar.
Karena saya harus seumur hidup mengkonsumsi ARV dan itupun harus mengambil dirumah sakit ketika saya dirawat. Saya memutuskan untuk pindah ke rumah sakit terdekat agar saya bisa mengakses ARV. Akhirnya say menemukan rumah sakit swasta yang begitu mudah bagi ODHA untuk mengakses obat. Tidak begitu saja akhirnya dengan keberanian saya memutuskan untuk berganbung dengan KDS dirumah sakit tersebut. Hal inilah yang membuat hidup saya semkain bersemangat ketikas bertemu dengan teman teman yang senasib dengan saya.
Kabar baik datang dari ibu saya. Bahwa saya harus melanjutkan kuliah...Wow inlah yang aku tunggu – tunggu untuk melanjutkan kuliah. Tanpa aku sia – siakan aku putuskan kuliah di sebuah PTS dengan jurusan Komunikasi.
Atas dorongan ibulah aku terus semangat menjani hidup walaupun dengan status HIV POSITIF tidak menghalangi aku untuk terus belajar. Karena Ibuku hidup begitu pas – pasan. Akhirnya aku memilih untuk bekrja sambil kuliah. Alloh maha adil..Saya diterima bekerja disebuah resto sebagai waiter dan kuliah terus berlanjut.
Setelah kontrak bekerja di resto selesai saya pun terus mencari pekerjaan agar saya tidak selalu merepotkan orang tua terutama ibu saya., Alhamdulilah saya diterima di sebuah radio ternama di kota besar. Hal ini memacu saya lebih semangat belajar dan bekerja.
Saya aktif di KDS dan menjabat diposisi koordinator bidang jejaring. Hal ini membuat aku semakin mengetahui apa itu HIV AIDS. Saya juga sering melakukan sosialisasi2 ke masyarakat dan pelajar serta mahasiswa tentang apa itu HIV AIDS terkadang saya melakukan testimoni agar mereka juga tahu bahwa ODHA sama seperti mereka, punya hak untuk hidup, belajar, bekerja dan berkarya.
Saya selalu menegaskan bahwa HIV hanya pada diri saya. Jangan sampai menular keorang lain. Cukup pada diri saya. Saya selalu brpesan kepada pelajar dan mahasiswa agar mempergunakan waktu yang baik untuk hal hal yang positif karena masa depan mereka masih panjang. Jangan sampai senasib dengan saya..
Hidup saya semakin lengkap ketika teman kuliah sayang mendukung saya untuk tetpa hidup sehat. Inilah yang menjadi obat ampuh bagi saya tentunya juga doa Ibuku..
` Alloh itu Maha Adil...Alloh menciptakan siang pasti Alloh juga menciptakan malam...Alloh menciptakan penyakit pasti Alloh juga menciptakan obat...nah obatnya itu pada diri saya....Alhamdulilah CD4 sudah mencapaii 564 dengan berat badan seperti semula..Ada juga teman saya yang tidak percaya bahwa saya adalah orang dengan HIV positif
Bahwa orang HIV berhak untuk berkeluarga...Tapi hal ini tidak pernah aku pikirkan...Yang aku pikirkan sekarang adalah bagimana cara saya membalas budi kepada ibu saya yang sudah tulus menerima saya sebagai anaknya.. Hal inilah yang terus memacu saya untuk bisa mewujudkan mimpi saya....Bahwa saya adalah anak beliau....Setelah mimpi saya terwujud silahkan Alloh ambil nyawa saya...
Buat teman2 yang senasib jangan patah semangat..Raihlah mimpimu dan terus semangat untuk membuktikan bahwa kita manusia yang bermanfaat untuk orang lain
ODHA SAUDARA KITA...HIV MUSUH KITA....
Bantul - Yogyakarta
VIVAnews VIVAnews
Indonesia's trustworthy news portal: fast - accurate - indepth - innovative. The official Twitter of VIVAnews.com
AusAID AusAID
The Australian Government agency responsible for managing Australia's overseas aid program.
VIVAvlog VIVAvlog
Kanal khusus Blog di VIVAnews.com Share your Blogs. Boost your traffic