Seiring
dengan berbagai perkembangan di Indonesia, muncul tantangan-tantangan baru
untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Salah satunya
adalah penyediaan layanan kesehatan yang menjadi tantangan tersendiri dan
sangat kompleks untuk diatasi. Apalagi Indonesia begitu luas negaranya. Hal ini
menjadi salah satu penghambat warganya untuk lebih mudah mengakses pelayanan
kesehatan.
Sebagai
contoh kasus HIV – AIDS di Indonesia yang merupakan fenomena gunung es yang saat ini
sulit dikendalikan . Dari tahun ke tahun jumlah pengidap penyakit mematikan itu
terus meningkat. Epidemi HIV telah menyebar hampir di seluruh Indonesia.
Indonesia merupakan negara dengan penularan HIV tercepat di Asia Tenggara.
Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang dan lembaga Global
Found mengintensifkan pencarian penderita HIV/AIDS di wilayah
pelosok dan terpencil yang belum diketahui.
Koordinator Wilayah Proyek Lembaga Global Found, Lutfi Syehban, di Tangerang, Rabu (6/8), mengatakan, pihaknya akan menerjunkan petugas untuk mencari warga yang tertular virus HIV/AIDS yang belum terdata pada dinas kesehatan setempat ( Sumber Kompas.com)
Koordinator Wilayah Proyek Lembaga Global Found, Lutfi Syehban, di Tangerang, Rabu (6/8), mengatakan, pihaknya akan menerjunkan petugas untuk mencari warga yang tertular virus HIV/AIDS yang belum terdata pada dinas kesehatan setempat ( Sumber Kompas.com)
Seandainya
saya menjadi anggota DPD RI perwakilan Jawa Tengah. Saya akan memasukan
permasalah HIV AIDS sebagia prioritas utama. Apalagi kasus HIV AIDS di Jateng
sudah begitu tinggi ditambah dengan layanan kesehatan yang belum begitu memadai
sampai kepelosok.
Dengan
layanan kesehatan yang memadai sampai ke pelosok yang juga merupakan upaya dari
Pemkab Tangerang ini bisa dijadikan contoh oleh Jateng supaya akses layanan
kesehatan terutama untuk VCT bisa mudah diakses oleh masyarakat Jateng sehingga
fenomena gunung es yang begitu susahnya terbongkar dengan perlahan akan
terbongkar dengan optimalnya layanan kesehatan dan VCT hingga pelosok.
Dan masyarakatpun
harus dibekali dengan edukasi tentang apa itu HIV AIDS dengan benar dan
menyeluruh. Jadi tidak akan terjadi lagi diskriminasi dan stigma terhadap ODHA.
Karena ODHA juga butuh dukungan dari lingkungan agar bisa kembali
bersosialisasi dengan masyarakat, karena dengan dukunganlah obat yang paling
ampuh buat ODHA, karena dengan dukunganlah obat paling ampuh buat ODHA selain
ARV itu sendiri.
Keperluan
–keperluan selain ARV harus ditanggung oleh APBD. Misalnya bantuan modal kerja
untuk ODHA. Karena ODHA juga membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhanya.
Akses pendidikan untuk anak –anak ODHA juga harus dipertegas agar jangan sampai
terjadi kasus penolakan anak ODHA disebuah sekolah.
Pendidikan HIV AIDS juga harus masuk dalam
kurikulum sekolah. Karena ini merupakan “vaksin”
paling ampuh untuk membunuh virus ini. Dengan masuknya kurikulum tentang HIV
diharapkan seluruh remaja di Jawa Tengah akan mengerti dengan HIV dan AIDS,
bagaimana penularanya dan pencegahanya.
Semoga
dengan edukasi yang benar dan tepat ini akan semakin menurunkan epidemic HIV
AIDS di Jawa Tengah pada khusunya dan Indonesia pada umumnya…