Powered By Blogger

Jumat, 09 Desember 2011

NominatorGoVlog - Baliku Istimewa

Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura. Kemajuan pariwisata pun membawa dampak terhadap kesehatan dan perilaku masyarakatnya.
Yogyakarta memiliki banyak kelebihan. Kota tersebut dikenal sebagai kota pelajar. Yang juga penting, Yogyakarta merupakan kota yang memiliki biaya hidup murah, yang memungkinkan pendidikan tinggi terjangkau dibandingkan kota-kota lain di Indonesia. Itulah sebabnya, banyak sekali pelajar dan mahasiswa berbondong-bondong untuk belajar di kota tersebut. Yogyakarta juga dikenal sebagai kota pariwisata terpenting setelah Bali. Perkembangan ini memungkinkan bertumbuhnya industri perhotelan dari kelas melati hingga berbintang lima.Selain dikenal di mancanegara, Yogyakarta juga merupakan destinasi wisatawan domestik.

Bali dan Yogyakarta merupakan destinasi utama untuk berwisata. Selain itu Jogja mempunyai daya pikat dengan bidang pendidikan yang berkualitas. Maka dari itu banyak pendatang dari penjuru nusantara bahkan dari beberapa negara memilih Jogja sebagia tujuan untuk melanjutkan pendidikan

Kedua derah tersebut juga mempunyai luas wilayah yang hampir sama. Dan juga masalah yang sama. Yaitu upayanya dalam pencengah HIV – AIDS. Di Bali 1987 hingga sekarang total HIV/AIDS sebanyak 4.464 kasus. Sedangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta memprediksi laju pertumbuhan pengidap HIV/AIDS di Yogyakarta akan mencapai 3.353 kasus/tahun. Jumlah itu bukan mustahil terjadi, jika program untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS tidak dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang sudah diprogramkan.

Dari gambaran diatas bukan saja merupakan masalah ODHA, tetapi kita bersama. Pemerintah wajib memeberikan anggaran untuk pememenuhan kebutuhan akses pemngobatan bagi ODHA. Dan juga dukungan LSM yang terkait untuk memberikan dukungan bagi ODHA agar bisa kembali hidup seperti semula.

Bagi saya yang merupakan orang dengan HIV. Yogyakarta yang merupakan tempat saya mencari ilmu dan bekerja telah memberikan rasa kenyaman dalam menjalani aktivitas. Dimana saya dalam mengakses obat begitu mudah dan tidak dibebani uang sedikitpun. RS Bethesda telah memberikan rasa kenyamanan dalam mendukung pengobatan saya .

Hal tersebut juga saya liat di Bali dimana akses pengobatan bagi ODHA begitu mudah, seperti di RSUP Sanglah dan Yayasan Kerti Praja. Tapi yang menjadi pertanyaan kenapa akses layanan kesehatan hanya terpusat di Ibu Kota saja ya itu Denpasar. Seharusnya pemerintah membuka layanan kesehatan seperti akses VCT dan CST sampe ke pelosok daerah. Mungkin dengan adanya VCT dan CST di pelosok daerah bukan mustahil rahasia gunung es akan begitu mudah terbongkar. Seperti yang ada di Buleleng, dimana pemerintah begitu mendukung dalam akses layanan kesehatan sehingga program untuk penanggulangan HIV – AIDS begitu berhasil dimana ditemukan kasus yang jauh begitu banyak di bandingkan di Kabupaten Badung.

Yayasan Kerti Praja juga menyediakan layanan kesehatan untuk VCT bagi para pekerja seks dan masyarakat. Saya begitu kagum atas usaha yang dilakukan oleh yayasan tersebut. Para bertugas lapangan tak henti- hentinya melakukan pendekata di lokalisasi, cafe – cafe dan panti pijat untuk memberikan edukasi tentang HIV – AIDS dan IMS.

Selain RS dan yayasan pemerintah provinsi Bali juga membuka klinik VCT di puskesmas di Kuta. Ini merupakan untung tombak dalam upaya pencegahan HIV AIDS. Dimana daerah tersebut merupakan pusat pariwisata. Hal yang sama juga di Yogyakarta seperti Puskesmas Gedongtengen dan Puskesmas Umbulharjo 1. Selain VCT di puskesmas Kuta juga menyediakan Klikin Metadhon dan Klinik IMS. Dimana kedua klinik tersebut berkaitan erat dengan HIV – AIDS.

Selain dukungan pemerintah, peran yaysan dan LSM juga sangat diperlukan. Ini juga saya alami. Dimana saya merupakan anggota KDS Metacom yang merupakan mitra dari CD RS Bethesda. Selain itu saya juga merupakan anggota dari Leadership Community of Djogja ( LCD) yang merupakan wadah para pelajar dan mahasiswa yang peduli akan isu HIV – AIDS di DIY. Kedua komunitas tersebut sangat mendukung saya yang merupakan ODHA sejak Maret 2009. Memberikan edukasi terhadap masyarak dan juga para pelajar merupakan kegiatan yang sering saya lakukan. Apalagi diskriminasi dan stigma di masyarakat masih sangat begitu tinggi. Dimana masyarakat masih menggap HIV – AIDS merupakan penyakit yang menakutkan dan mudah menular. Dengan edukasi yang baik dan secara menyeluruh ini diharapkan tidak ada lagi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Hal tersebut pernah saya alami ketika saya diberhentikan dari perusahaan tempat saya bekerja.


Di Bali juga saya temui komunitas yang hampir mirip dengan LCD yaitu Kisara yang merupakan singkatan dari “Kita Sayang Remaja” KISARA itu organisasi yang terdiri dari relawan-relawan remaja dan yang peduli remaja di Bali. KISARA menggunakan pendampingan remaja untuk memberi informasi dan konseling remaja. KISARA dibentuk 14 Mei 1994 ol. KISARA dibentuk dengan tujuan meningkatkan partisipasi remaja dan pemberdayaan remaja untuk terlibat bersama menghadapi berbagai problema remaja seperti permasalahan kesehatan reproduksi dan seksualitas seperti meningkatnya angka hubungan seks pranikah yang tidak aman, kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi menular seksual, HIV/AIDS hingga penyalahgunaan narkoba. KISARA punya visi membentuk “remaja bertanggung jawab” dengan pendekatan “dari, oleh dan untuk remaja”. KISARA berharap bisa menjadi tempat buat remaja bisa bertanya, berdiskusi dan konsultasi untuk mendapatkan hak dan kebutuhan remaja akan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas.

Begitu banyak yayasan, LSM dan komunitas yang sangat peduli terhadap isu HIV – AIDS di Bali. Seperti Yayasan Spirit Paramacitta. Yayasan ini bermula dari Bali Plus yang didirikan oleh Putu Utami Dewi. Putu begitu prihatin akan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA oleh masyarakat sekitar. Perjuangan Putu tidak sia – sia.Dengan edukasi yang gencar dilakukan Putu dan kawan – kawan berhasil membuat masyarakat sadar bahwa ODHA harus didukung dan dirangkul agar semangat untuk hidup dan berkarya. Banyak komunitas – komunitas yang dikoordinasi oleh Yayasan Spirit Paramacitta sperti KDS Kosal, KDS Tunjung Putih, dab beberapa KDS di kabupaten di Bali.

Yayasan Gaya Dewata (YGD) Bali adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan khususnya dalam program penanggulangan resiko penularan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV & AIDS untuk kelompok Gay, Waria dan Lelaki yang Sex dengan Lelaki lainnya.

Gaya Dewata secara organisasi didirikan pada tanggal 14 Februari 1992 oleh beberapa orang dari komunitas Gay di Bali, dan sejakJuli 1999 memisahkan diri dari Yayasan Citra Usadha Indonesia (YCUI) yang telah memayungi lebih dari 6 tahun lamanya dan menjadi Yayasan yang berdiri sendiri per Desember 1999. YGD Baltelah terdaftar di akta notaries per tanggal 23 Juni 2009 dan di Department Hukum & HAM RI pada tanggal 21 Agustus 2009.

Saya juga berkesempatan mengunjungi lokasi para waria pekerja seks. Saya begitu terkejut ketika menemui waria yang begitu semangat dalam memberikan dan merangkul para waria lain untuk terus selali menggunakan kondom dalam melakukan hubungan seks. Ini merupakan salah satu edukasi dan juga mecegah penularan HIV ke orang lain.

Ditempat lain di sekitar Seminyak saya juga menemui seorang remaja yang berorientasi sesama jenis atau gay. Dia mengaku terbantu adanya Gaya Dewata. Dimana dia mendapatkan informasi mengenai IMS dan HIV – AIDS. Selain itu dia juga mengaku bahwa dirinya menolak bila pasanganya dalam berhubungan seks tidak menggunakan kondom. Nah ini menurut saya merupakan langkah yang bagus dalam melindungi dirinya dan juga pasanganya dari HIV – AIDS dan juga IMS lainnya.

Dukungan pemerintah dalam hal ini yang dilakukan oleh KPA ( Komisi Penanggulangan AIDS) Provinsi Bali dan juga Daerah Istimewa Yogyakarta sangat saya acungi jempol. Senoga daerah lain bisa mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Bali dan Yogyakarta dalam hal menaggulangi dan juga memberikan dukungan bagi ODHA

Saya juga selalu berjanji biarkan virus ini ada dalam tubuh saya saja. Dan tidak akan saya tularkan kepada orang lain terutama pasangan saya kelak. Semoga orang – orang yang selalu mendukung saya bahagia melihat saya bisa menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Ini adalah kesempatan saya untuk berguna bagi orang lain yaitu memberikan edukasi bahwa HIV- AIDS bukan penyakit kutukan dan juga bukan penyakit yang tidak ada obatnya.Tetapi dukungan yang besar merupakan obatnya.

Terima kasih untuk AusAID dan Vivanews.com yang telah memberikan kesempatan untuk mengunjungi Bali dan membuat pikiran saya terbuka bahwa Bali begitu kuatnya dalam upaya penanggulangan HIV – AIDS..


Jauhi Virusnya Bukan Orangnya.. Jangan hanya melihat. Ayo dukung ODHA agar bisa kembali menemukan hidupnya.


Bantul - Yogyakarta